Belajar Menulis Esai dengan 8 Tips Berikut Ini!

Tips Menulis Esai

Apakah kamu masih bingung bagaimana cara menulis esai yang baik dan benar? Simak tips di artikel berikut ini sebagai bahan referensi kamu!

Menulis esai jadi hal yang biasa pada pelajaran bahasa, sejarah, atau saat di dunia perkuliahan atau bahkan melamar beasiswa, bukan? Namun, sebenarnya apa itu esai? Menurut Harvard College Writing Center, menulis sebuah esai berarti membuat sekumpulan ide yang saling terkait dan juga yang mudah dimengerti, untuk menjadi sebuah argumen (penjelasan).

Nah, bagaimana pengalaman menulismu sejauh ini? Apa yang membuatmu sering merasa bingung menuangkan ide di kepala hingga menjadi tulisan? Supaya bisa semakin meningkatkan kemampuanmu dalam menyelesaikan tugas, simak 8 tips berikut ini dulu!

 

1. Mulai dengan awalan menarik 

Satu kalimat pembuka yang kamu tulis dalam sebuah esai, dapat menjadi pengantar yang menarik bagi pembaca untuk masuk ke dalam penyampaianmu. Awali dengan 5 kata menarik yang bisa menggugah pikiran pembacanya atau memberi fakta yang banyak orang secara umum belum mengetahuinya. Hal ini juga akan memudahkan kamu dalam melanjutkan paragraf selanjutnya.

Baca Juga: Yuk, Lihat Beberapa Contoh Esai Berdasarkan Jenisnya

 

2. Memasukkan konflik 

Apa sih yang dimaksud konflik dalam poin ini? Berantem sama teman? Bukan, dong. Kata ‘konflik’ di sini mengartikan bahwa tulisanmu harus diawali sebuah masalah. Nggak perlu yang rumit, kok. Masalah pada esai bisa hal-hal yang terjadi sehari-hari, misalnya banyak sampah di lingkungan sekitar, atau hari ke hari yang terasa lebih panas, dan masih banyak masalah lain.

Supaya apa sih memasukkan konflik? Tentunya, agar nantinya masalah tersebut bisa diurai dengan baik dan kamu menjawab solusi dari permasalahan tersebut. Mau ‘kan esai kamu bisa berguna dan membantu orang lain? Masa nggak, terus ngapain nulis?

 

3. Menawarkan ide yang dimengerti

brainstoorming

Ilustrasi antara pembaca (kiri) dan penulis esai (kanan) (Sumber: blog.pnas.org)

Dalam sebuah esai, pada dasarnya konteks cerita yang dibangun harus linear/sesuai dengan tema, lho. Lalu, dibentuk agar dapat menawarkan sebuah ide berdasarkan tema tersebut. Nah, jika penulis nggak mampu menyampaikan ide dan kalimat-kalimatnya justru dianggap tidak masuk akal bagi para pembaca, maka tulisan tersebut menjadi esai yang gagal. Tahukah kamu jika keberhasilan penyusunan esai sangat dilihat, ketika bisa memasuki pikiran pembaca dan dimengerti oleh mereka. Jadi, sudah pasti saat menulis harus dipikirkan kembali kata-kata yang akan digunakan supaya ide tersebut bisa tersampaikan dengan baik. Kecuali kamu mahasiswa Ilmu Filsafat, dari semester awal memang nggak ada padanan kata yang mudah dipahami. Sabar ya.

 

4. Menulis dengan kata yang padat

Coba kamu bandingkan kedua kalimat berikut ini. Mana yang kamu rasa lebih tepat untuk disisipkan dalam sebuah esai. Kalimat 1: “Pepohonan di hutan A mengalami penebangan liar sejak tahun 1999 oleh PT XYZ“. Sementara, kalimat 2: “Pohon-pohon tinggi nan hijau dengan beberapa di antaranya, sebagian daun menguning dan tak saling berdempetan, di mana beberapa pemburu sering mendatangi wilayah ini untuk mencari rusa-rusa jantan dan besar, oleh karenanya telah terjadi penerbangan liar“.

Baca juga: Ciri-ciri dan Struktur Esai

Terlihat bedanya, kan? Kalau kamu masih memilih untuk menyisipkan kalimat nomor 2, dengan alasan supaya karakter penulisan esai bisa terpenuhi. Mending kamu tulis aja kalimat asal-asalan di esaimu sebanyak-banyaknya. Terus ganti warna font jadi putih, sama kok batas karakternya bisa terpenuhi juga. Tapi, tujuan tips ini tentu bukan begitu, ya. Kamu harus membuat kalimat dengan efektif alias to the point. Esai bertele-tele hanya membuang waktu pembaca untuk memahaminya.

 

5. Menimbulkan pertanyaan

ide esai

Esai yang baik harus menimbulkan pertanyaan (Sumber: post-gazette.com)

Elizabeth Abrams, seorang pengajar di Harvard University pernah menyampaikan melalui tulisannya di situs writingcenter.fas.harvard.edu bahwa esai yang sangat membantu adalah yang dapat menjawab serentet pertanyaan yang ada di kepala pembaca. Namun, bukan hanya itu saja. Esai tersebut juga harus memicu pembaca untuk kembali bertanya atas penjelasan yang sudah diberikan. Jika tidak ada pembaca yang mempertanyakan argumen yang sudah dibuat oleh penulis esai, maka sebenarnya tulisan tersebut hanya observasi fakta bukan sebuah pendapat yang bisa diperdebatkan. Nah, sekarang coba cek kembali esai yang sudah pernah kamu buat.

 

6. Beri kesimpulan

Esai yang sudah dibuat sedemikian panjang harus ditutup dengan pernyataan yang merangkum keseluruhan tulisan dengan baik. Tanpa adanya kesimpulan, esai akan menjadi menggantung. Pembaca bisa merasa bingung: “Ini tulisannya udah selesai atau ada kelanjutannya, sih?”. Tentu, kamu sebagai penulisnya tidak mau ada asumsi seperti itu ‘kan? Nah, untuk menghindari hal tersebut, sampaikan kesimpulannya dalam 1 paragraf terakhir. Ingat ya, jangan terlalu panjang dan berbelit.

 

7. Cantumkan sumber yang valid

Belakangan ini, kalau kita nggak baca suatu pemaparan dengan teliti, siapa pun bisa terjebak hoaks (berita bohong), lho. Cara mencegahnya biar nggak kena tipu-tipu, bisa dengan memperhatikan siapa penulisnya, di mana ia mengunggah penjelasannya, dan termasuk apa saja referensi bacaannya saat membuat esai tersebut. Lalu, bagaimana dengan sumber dari situs Wikipedia? Banyak dosen/guru yang melarang siswanya merujuk informasi itu. Akibat bisa dengan mudahnya orang-orang mengedit info di situs tersebut. 

Namun, kalau kamu perhatikan. Sebelum merujuk ke Wikipedia, bisa kok diteliti latar belakang dari penulisan informasi/data-data yang ada di sana. Pada bagian bawah laman, sudah disertakan beberapa tautan sumbernya. Kamu dapat menelusurinya untuk memastikan bahwa data yang kamu sadur dari Wikipedia adalah valid atau terbukti benar adanya.

 

8. Kata-kata yang harus dihindari

Ketika menulis esai, tidak bisa kita samakan dengan gaya menulis pada artikel, blog pribadi, apalagi pesan singkat. Terdapat kata-kata yang harus dihindari, seperti: “saya”, “kamu”, “Anda”, “kami”, “kita”, “beberapa”, “hal-hal”, dan “akan”. Kamu dapat menggunakan kata benda sebagai pengganti subjek. Ungkapan yang menunjukkan jumlah juga sebaiknya dijabarkan dengan rinci. Hindari pula informasi yang belum terjadi. 

Semoga 8 tips di atas bisa membantumu dalam menyelesaikan esai dengan lebih mudah dan efektif ya! Ingat, nggak ada yang susah. Mungkin kamu hanya belum terbiasa aja. Dan untuk masalah pelajaran yang lain, belajar dengan ruangbelajar aja! Dapatkan paket belajar berupa ribuan video animasi, dan kumpulan soal dan pembahasan. 

IDN CTA Blog ruangbelajar Ruangguru

Rabia Edra