Hari Pendidikan Internasional: Misi Mewujudkan Pendidikan Ideal

Hari Pendidikan Internasional

UNESCO mencetuskan Hari Pendidikan Internasional pada tanggal 24 Januari, mau tau apa tujuan dan fokus dari ditetapkannya hari penting ini? Simak penjelasannya di artikel.

Kamu sadar nggak, kalau hampir setiap bulan, selalu aja ada hari-hari peringatan. Ada hari pendidikan nasional, hari buruh, hari kebebasan pers, hari penting agama-agama, hari anak, hari ibu, dan hari-hari lainnya yang diperingati atas dasar satu dan lain hal.

Nah, ternyata di tahun 2019 itu bertambah 1 lagi hari peringatan. Hari peringatan itu ada di bulan Januari, tepatnya tanggal 24 Januari. Apakah itu? Hari penting itu adalah Hari Pendidikan Internasional. Ya, hari pendidikan yang tadinya cuma ada di tanggal 2 Mei, sekarang bertambah 1 di tanggal 24 Januari. Tapi skalanya lebih besar, karena diperingati oleh seluruh dunia, nggak cuma Indonesia.

Terus, apa dasarnya Hari Pendidikan Internasional ini muncul?

Oke, jadi yang mencetuskan ditetapkannya Hari Pendidikan Internasional ini adalah Majelis Umum Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), dan disepakati pada tanggal 1 Desember 2018. Nah, badan khusus milik PBB yang akan memfasilitasi peringatannya adalah UNESCO. Sebuah badan milik PBB yang berfokus pada bidang pendidikan, keilmuan, dan kebudayaan.

Hari peringatan ini ditetapkan, sebagai bentuk upaya pengakuan hak asasi manusia atas pendidikan, manfaat pendidikan bagi individu serta masyarakat, dan juga hubungan antara pendidikan dan tercapainya hak asasi manusia lainnya.

Menurut penjelasan UNESCO, tanpa pendidikan yang adil dan berkualitas, negara tidak akan bisa memutus siklus kemiskinan. Kenapa? Karena jutaan anak-anak, remaja, dan orang dewasa akan tertinggal secara pengetahuan dan juga kemampuan mengoperasikan sesuatu. Wow mengerikan yaaa.

Fakta Hari Pendidikan Internasional

 

Nah ditetapkannya Hari Pendidikan Internasional ini, nggak cuma akan jadi acara-acara seremonial aja kayak upacara-upacara yang biasa dilakukan, tapi nggak ada visi dan misi yang jelas ke depan. 

PBB memiliki sebuah agenda di tahun 2030, yaitu Pembangunan Berkelanjutan. Untuk mewujudkan agenda PBB ini, UNESCO mulai bekerja untuk membangun keterlibatan banyak pihak di seluruh dunia.

Fokus dari perayaan Hari Pendidikan Internasional ini adalah model pembelajaran yang beragam dan sesuai kebutuhan, pendidikan yang meningkatkan mutu manusia, pengetahuan dan pengaplikasian pelestarian planet, membangun kemakmuran, dan penanaman nilai-nilai perdamaian.

Hari Pendidikan Internasional Beda Itu Keren

 

Ternyata menarik dan bagus banget ya tujuan dari ditetapkannya Hari Pendidikan Internasional ini. Kalau kita lihat dari tujuan-tujuannya, sepertinya bisa sejalan dengan pemikiran dari tokoh-tokoh pendidikan dunia. Dua diantaranya Ki Hajar Dewantara dan Paulo Freire.

Dua tokoh ini punya gagasan tentang bagaimana pendidikan itu berjalan secara ideal. Bagi keduanya, pendidikan itu harus membebaskan.

Wiih apa tuh maksudnya? Nah, biar kamu tahu seperti apa seharunya pendidikan itu berjalan dan berperan, yuk kita bahas ide dan gagasan kedua tokoh ini.

Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara. Sumber: Gemintang.com

Bapak pendidikan Indonesia ini punya sebuah konsep pendidikan. Konsep yang menjadi gagasannya itu adalah Tri Sentra Pendidikan, yaitu

  • alam keluarga,
  • alam perguruan (sekolah),
  • alam pergerakan kepemudaan (komunitas, organisasi, dll).

Lewat gagasan ini, Ki Hajar ingin menunjukkan bahwa, pendidikan itu nggak cuma berlangsung di sekolah saja, tapi juga keluarga, dan lingkungan masyarakat. Tugas dan tanggung jawab dari seorang yang terpelajar itu juga nggak cuma untuk diri sendiri, keluarga, dan pemerintah saja, melainkan untuk semua makhluk hidup. Ya manusia, ya tumbuhan, ya hewan, pokoknya semuanya deh.

Waktu Belanda menguasai Indonesia, Ki Hajar melihat bahwa ada satu masalah yang membuat masyarakat Indonesia tidak berdaya di hadapan bangsa kolonial ini. Masalahnya ada di pengetahuan. Masyarakat bumiputera saat itu tidak bisa membaca menulis, tidak juga memiliki pengetahuan yang luas. Sehingga dengan mudah dibohongi oleh penjajah.

Sistem pendidikan yang dibawa dan diterapkan oleh Belanda di Indonesia, tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat bumiputera. Sistem yang diterapkan justru membuat semua siswa menjadi seragam. Ditambah lagi, hanya anak-anak Belanda dan kalangan priyayi (orang kaya) saja yang bisa merasakan duduk di bangku sekolah formal.

Ki Hajar Dewantara melihat ini sebagai masalah, kenapa? Karena bagi Ki hajar, manusia-manusia Indonesia, harus tumbuh sesuai dengan kodratnya mereka, keahlian mereka, dan juga apa yang mereka minati. Akan menjadi bahaya ketika anak-anak Indonesia masuk ke dalam sistem pendidikan yang menyeragamkan semua anak.

Penyeragaman pengetahuan hanya akan menghasilkan pekerja-pekerja yang siap menuruti apapun yang diminta oleh atasannya. Hal ini sangat bertentangan dengan keinginan bangsa yang ingin merdeka dan berdaya.

Maka dari itu, bapak pendidikan kita ini terus berjuang untuk bisa melepaskan masyarakat Indonesia dari belenggu sistem yang membuat masyarakat sulit untuk maju, berkembang, dan berdaya.

Suasana Sekolah Taman Siswa

Suasana Sekolah Taman Siswa. Sumber: Kompas.com

Ia melihat, selama ini bangsa kita terjajah, bukan karena tidak mampu melawan penjajah secara fisik, melainkan kita justru kalah dalam sikap dan pemikiran. Dan semua itu lahir dan terbentuk melalui pendidikan.

Oleh karena itu, lewat perjuangannya, Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Siswa. Taman Siswa ini menjadi ruang pendidikan formal pertama yang dibuat oleh Ki Hajar, untuk masyarakat bumiputera. Tujuannya, untuk membentuk pola pikir masyarakat Indonesia, agar mampu berdaya dan memiliki pemikiran yang cerdas, supaya tidak lagi dibodoh-bodohi oleh bangsa kolonial dan kaum priyayi.

Paulo Freire

paulo freire

Paulo Freire. Sumber: Colombiainforma.info

Tokoh pendidikan yang satu ini berasal dari Brasil. Berbagai macam pemikirannya dalam dunia pendidikan, membuat ia dikenal sebagai tokoh yang menyelamatkan pendidikan Brasil dari keterpurukan.

Freire dikenal dengan ide dan gagasannya tentang pendidikan kontekstual. Pemikirannya lahir dari kegelisahannya pada kondisi masyarakat Brasil saat itu. Pada tahun 1929, Brasil mengalami gejolak krisis politik. Dampaknya, kondisi sosial ekonomi Brasil pun terpuruk dan mengakibatkan masyarakatnya jatuh dalam kemiskinan.

Kondisi itu membuat Freire sangat prihatin. Ia pun mulai mendedikasikan dirinya untuk menjadi kepala lembaga Cultural Extention Service, sebuah lembaga yang berfokus pada bantuan pendidikan, dengan program khususnya menjadikan masyarakat buta aksara menjadi melek huruf.

Hari Pendidikan Internasional

 

Untuk mengatasi masalah itu, Freire mempunyai sebuah gagasan untuk menurunkan angka buta aksara. Cara yang dilakukan Freire dalam melakukan pengajaran, lebih banyak menggunakan metode berdialog. Cara ini masuk ke dalam konsep Pendidikan Hadap Masalah Freire.

Pendidikan Hadap Masalah adalah konsep pendidikan yang menjadikan manusia sebagai titik acuannya. Peserta didik dihadapkan pada realitas sosial yang dekat dengan mereka. Kemudian baik peserta didik maupun pendidik, saling berdialog untuk membahas masalah yang kerap terjadi.

Cara ini ternyata membuat peserta didik sangat antusias dalam belajar. Mereka merasa dekat dengan objek pembahasan. Karena itulah peserta didik pun lebih mudah memahami konteks yang sedang mereka pelajari.

Melalui proses dialog ini, perlahan mereka mulai bisa mempelajari masalah yang muncul dari realitas tersebut. Dari situlah peserta didik mulai membiasakan untuk mengeja nama atau sebutan-sebutan yang ada pada realitas mereka. Dari mengeja itu, mereka pun mulai bisa membaca. Hingga akhirnya, melalui proses dialog yang sering mereka lakukan, sedikit demi sedikit masyarakat Brasil ini juga bisa menulis.

Pada dasarnya, Pendidikan Hadap Masalah adalah konsep pendidikan yang menjadikan peserta didik sebagai pelaku atau subjek, bukan sebagai sasaran atau objek seperti yang sekarang ini terjadi pada banyak sistem pendidikan di dunia, khususnya Indonesia.

Bagi Freire maupun Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah sebuah proses memanusiakan manusia baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain. Pendidikan harus memiliki orientasi pada pengenalan realitas diri, maupun realitas sekitarnya, untuk terbebas dari segala hal yang bersifat menindas, bullying contohnya.

Banyaknya kasus kekerasan, intoleransi, juga bullying yang kerap terjadi, membuat banyak lembaga yang menaruh konsentrasi besar pada dunia pendidikan dan pembangunan karakter manusia.

Seperti halnya yang dilakukan oleh UNESCO dengan mencetuskan Hari Pendidikan Internasional, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang mulai mengubah sistem pendidikannya, Ruangguru bersama Peace Generation yang membuat konten untuk mengkampanyekan Beda Itu Keren!

Masing-masing punya visi dan misi yang jelas untuk pendidikan, sesuai dengan ide dan gagasan pendidikan ideal yang telah digagas oleh Ki Hajar Dewantara dan Paulo Freire.

Buat kamu yang penasaran dengan konten Beda Itu Keren! kamu bisa download aplikasi Ruangguru dan buka produk ruangbelajar. Banyak konten yang akan membuat kamu tumbuh menjadi percaya diri dan juga saling menghargai. Selamat mencoba.

IDN CTA Blog ruangbelajar for desktop Ruangguru

Fahri Abdillah