Hari Valentine, Mimpi Buruk bagi Para Filofobia

Apa Itu Filofobia?

Artikel ini menceritakan kisah seorang Filofobia (Philophobia) yang merasa gelisah di hari valentine. Apa itu Filofobia? Dan ada apa dengan hari valentine? Yuk, simak artikel ini!

Kenapa?! Kenapa beberapa hari ini, setiap aku pergi berbelanja ke sebuah swalayan, setiap kasir selalu bernuansa romantis? Mereka mendesainnya, membuatnya begitu ramai dengan hal-hal yang aku benci, mawar, replika cokelat berbahan kardus, kotak kado bermotif hati, pita, ice cream, dan kain pita besar berbentuk hati.

Apa yang sedang mereka pikirkan? Tidakkah itu memuakkan? Oh tunggu, tunggu. Apakah semua ini karena valentine? Ya. Pasti semua ini karena valentine.

Benar saja, laki-laki itu sudah menenteng keranjang belanja berisi cokelat, pita merah, dan kertas kado. Oh ada lagi, laki-laki lainnya menenteng sebuah boneka beruang, pita pink, dan kertas kado bercorak hati.

Apa yang laki-laki itu lakukan? Ingin memberikannya kepada pasangan mereka? Dia ingin mendapat simpati dan kemudian saling mencintai? Ah, itu omong kosong. Jatuh cinta itu mustahil.

Hei, sedang apa kau di belakang ku? Menjauh sana, jangan coba-coba mendekatiku. Apalagi, dengan keranjang berisi benda-benda yang aneh seperti itu. Sana menjauh. Aku mual melihatnya.

Ayolah nona kasir, lebih cepat sedikit. Laki-laki ini tepat berada di belakangku. Aku tidak ingin menghajarnya. Ia sangat mengganggu. Aku tidak suka ia mendekat. Hus, hus, sana menjauh. Ah, andai aku punya keberanian untuk berbicara langsung.

Anda tidak mau pergi juga?! Cepat sana pergi! Ah. Baik, lagi-lagi aku yang harus pergi menyingkir dan menjauh.

Filofobia. Kalau kamu bingung dan bertanya-tanya, ada apa dengan perempuan itu, jawabannya dalah Filofobia (Philophobia). Ia mengidap fobia pada jatuh cinta atau dicintai. Ia akan sangat gelisah ketika berhadapan langsung dengan lawan jenis, begitupun hal-hal yang berhubungan dengan persoalan cinta. Amat sangat alergi.

Mungkin banyak orang menanti hari valentine sebagai momen untuk memberikan sebuah hadiah pada orang-orang yang disayanginya. Kebanyakan, remaja-remaja memberikannya kepada lawan jenis. Dengan maksud dan tujuan yang beragam tentunya.

Baca juga: Duck Syndrome: Terlihat Bahagia Tapi Sebenarnya Tertekan

Tapi, tidak bagi para pengidap Filofobia. Hari valentine adalah mimpi buruk bagi mereka. Lalu, apa yang membuatnya menjadi seperti itu? Apakah filofobia bawaan lahir?

Seperti kebanyakan fobia, orang yang mengidap filofobia adalah orang-orang yang pernah mengalami trauma sebelumnya. Bisa karena masalah hubungan dengan kekasih mereka, bisa juga karena apa yang mereka lihat. Seperti pertengkaran orang tua, perlakuan kasar antar pasangan, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan percintaan.

Secara biologis, trauma adalah masalah yang terjadi pada sel-sel yang ada pada otak kita. Kita ambil contoh perempuan tadi. Si perempuan yang sedang mengantri di sebuah kasir itu merasa tidak nyaman dengan suasana kasir yang dihias dengan nuansa romantis. Kemudian ia mulai terganggu dan merasa terancam dengan kedatangan pria yang ikut mengantri di belakangnya.

Sistem Limbik pada Otak

Informasi atau stimuli yang diperoleh oleh perempuan itu melalui inderanya, seperti telinga, mata, kulit, juga hidung, akan berkumpul di thalamus. Nah dari thalamus ini kemudian informasinya turun ke amygdala. Setelah dari amygdala, informasi bergerak ke atas menuju lobus frontalis untuk disadari oleh perempuan itu.

Amygdala berfungsi sebagai pendeteksi, apakah input yang diterima otak itu bersifat netral, atau justru mengancam. Amygdala melakukan pendeteksian dengan bantuan hippocampus, yaitu bagian otak yang fungsinya untuk menghubungkan input baru dengan pengalaman masa lalu.

Baca juga: Benarkah Perempuan Lebih Sulit Membaca Peta Dibanding Laki-laki?

Ketika Amygdala mendeteksi adanya bahaya atau ancaman, ia kemudian mengirim sebuah sinyal ke hyphothalamus. Setelah itu, terjadilah aktivasi poros HPA (hyphothalamus, pituitary, adrenal), kemudian memicu sekresi hormon stres. Munculnya sekresi hormon stres akan menyebabkan peningkatan detak jantung, napas menjadi cepat, tekanan darah naik, dan pandangan mata kita menjadi lebih waspada.

filofobia

Sumber: Giphy.com

Sebuah penelitian dan juga analisa perspektif neurosains, mengatakan bahwa ada seorang dokter yang berasal dari Massachusetts General Hospital, melakukan penelitian di Neuroimaging Laboratory. Ia adalah Scott Rauch, Scott mencoba untuk merekam aktivitas otak manusia yang mengalami trauma. Ia melakukannya dengan menggunakan fMRI (functional magnetic resonance imaging).

Hasilnya menunjukkan, ketika seseorang trauma, yang aktif adalah daerah sistem limbik, yaitu amygdala (bagian yang bertanggung jawab memberikan sinyal bahaya). Sedangkat daerah Broca’s yang menjadi pusat bahasa, menjadi tidak aktif.

Akibatnya, individu tersebut tidak mampu mengeluarkan kata-kata hasil dari perasaan dan pikirannya. Justru yang terjadi, kemunculan kembali gambar-gambar saat kejadian yang memicu timbulnya traumatik.

Baca juga: Mengenal Sistem Saraf Manusia

Itulah yang terjadi pada perempuan pengidap filofobia tadi. Ia menangkap adanya bahaya dari apa yang ia lihat, dekor kasir, juga laki-laki pembawa keranjang berisi cokelat dan bunga. Situasi itu membuat otak bagian kanannya bekerja lebih dominan dibanding otak bagian kiri.

Padahal otak bagian kiri kita ini berfungsi untuk berpikir secara logis, runtut, dan juga mampu memfilter emosi. Memiliki kemampuan pula dalam menganalisis suatu kejadian, menstrukturkan tangkapan informasi, memiliki kemampuan untuk melihat bahwa semua hal itu berbeda, dan informasi atau stimuli yang didapat akan direspon melalui kata-kata.

Namun, ketika orang sedang mengalami trauma, kemampuan otak kiri ini benar-benar kalah dominan dengan otak bagian kanan. Dengan tidak adanya kemampuan menstrukturkan atau mengurutkan informasi, maka si perempuan tadi tidak bisa mengenali sebab dan akibat. Ia akan merasa pikirannya buntu.

Ketika hal yang berkaitan dengan cinta itu muncul, otak bagian kanannya akan bereaksi seakan-akan pengalaman traumatiknya sedang terjadi. Ia tidak akan sadar bahwa yang sedang dialami sebenarnya itu pengalaman masa lalu. Maka, seketika ia tidak bisa mengontrol emosi, membuatnya kembali merasa takut, sedih, malu, sakit hati, dan marah.

Gejala Filofobia

Nah, apalagi ketika hari valentine datang. Momen yang banyak digunakan oleh orang-orang untuk mengungkapkan perasaan cinta atau kasih sayangnya kepada orang lain.

Kalau di Indonesia, kebanyakan remaja-remaja mulai memadati swalayan, membeli cokelat, hadiah, dan hal lainnya untuk pasangan mereka. Hal itu membuat para filofobia merasa terancam, mereka merasa muak, mual, dan resah. Karena bagi mereka, jatuh cinta itu omong kosong dan mustahil.

Kira-kira gimana nih pendapatmu tentang filofobia? Adakah di antara kamu yang mengalami, ataaau pernah bertemu dengan pengidap filofobia? Hmm menarik. Maka dari itu Squad, jangan main-main sama percintaan. Cukup dengan kita saling mencintai sesama manusia, hewan, tumbuhan, dan jangan sekali-kali menyakiti hati mereka.

Oh iya, supaya ilmu pengetahuan kamu bertambah luas, yuk terus belajar dengan berlangganan ruangbelajar di aplikasi ruangguru. Banyak pengetahuan baru tentang materi pelajaran di sekolah yang disampaikan oleh tutor-tutor keren di sana. Jangan sampai lupa yaa.

ruangbelajar

Fahri Abdillah