Mengapa Penyakit DBD Rentan Menjangkit Anak-anak?

penyakit DBD

Apa yang menyebabkan penyakit demam berdarah dengue (DBD) rentan menjangkit anak-anak? Simak penjelasan lengkapnya di artikel ini!

 

Bayangkan, dalam hitungan tiga bulan di tahun 2019, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah mencatat ada 34.422 kasus penyakit DBD yang tersebar di 459 kabupaten dan kota di seluruh Indonesia. Tahukah Anda bahwa 90% dari kasus tersebut menjangkiti anak-anak, lho! Bahkan, hingga kini korban meninggal akibat demam berdarah sudah mencapai 169 orang. Bahaya juga ya? Lalu, kenapa anak-anak menjadi sangat rentan terhadap penyakit ini? 

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menjelaskan faktor lingkungan dapat memengaruhi kerentanan anak terhadap penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Sejak dulu kasus ini memang kerap menyerang usia anak, balita, dan bayi. Beberapa tahun silam, data IDAI menunjukkan anak usia di bawah lima tahun yang paling rentan. Namun, saat ini lebih luas lagi rentang umurnya. Tidak sedikit, penyakit ini menyerang anak di bawah usia 15 tahun. 

Baca juga: Selain Picu Kanker, Ini Bahaya Kertas Thermal pada Struk Belanja

Ternyata alasan utamanya, karena anak secara daya tahan tubuh memang cenderung lebih rentan dan sering berada di dalam rumah. Sementara, nyamuk DBD memang nyamuk rumahan yang juga senang berada di sekitar lingkungan anak-anak. Tim dari IDAI menyampaikan, anak-anak kerap di bawah usia sekolah kerap menghabiskan waktu pagi sampai dengan sore di ruangan, itulah tempat yang memiliki risiko paling tinggi. Mereka memang perlu beristirahat lebih lama di waktu tersebut. 

Lalu, kenapa ruangan dianggap menjadi tempat paling berbahaya? Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI, Anggraini Alam menyampaikan ruangan rentan sebagai tempat yang lembab dan juga cenderung gelap. Selain itu, kondisinya yang kotor juga akan memperparah bersarangnya nyamuk.

ciri-ciri penyakit DBD

Nah, sebenarnya bukan hanya kamar dan rumah Anda saja yang harus bersih, sebab nyamuk DBD dapat terbang sejauh 200 meter. Jadi, lingkungan rumah tetangga pun harus diperhatikan kebersihannya. Percuma dong kalau hanya seorang saja yang peduli karena upaya pencegahan ini tidak akan berhasil. Maka, pastikan kalau tetangga atau lingkungan sekitar kita melakukan hal yang sama, Smart Parents.

Selanjutnya, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta melihat bagi anak usia sekolah biasanya terjangkit saat mereka beraktivitas di taman sekolah dan main saat sore hari. Mereka kerap berlama-lama di lokasi yang sama, dan berisiko digigit oleh nyamuk DBD. Dengan begitu, orang tua harus waspada dan memperhatikan anak-anak mereka agar terhindar dari risiko.

Baca juga: Cara mencegah Anak Stress pada Anak dengan Self Talk

Tetapi, bukan losion anti nyamuk jawabannya ya. Lho, kenapa? Menurut pakar kesehatan dr. Tri Wahyono dari Universitas Indonesia, penggunaannya dalam jangka panjang ternyata bisa berimbas pada masalah kesehatan kulit, khususnya dalam hal memicu iritasi kulit yang juga mampu menjadi lebih parah hingga ke kanker kulit. Sebab di dalamnya terkandung zat-zat kimiawi seperti DEET (bahan kimia aktif yang terdapat pada produk pembasmi serangga), permetrin, picaridin. 

Selain kurang baik bagi kulit, penggunaan losion anti nyamuk juga disebut-sebut bisa membuat nyamuk menjadi resisten dengan senyawa yang seharusnya bisa mengusir mereka. Hal ini tentu akan membuat nyamuk kebal pada senyawa tersebut dan akhirnya bebas menggigit tubuh. Maka, sebaiknya orang tua bisa mengoleskan minyak telon saja. Nyamuk tidak suka dengan bau yang dikeluarkan minyak telon. Sehingga nyamuk tidak mau menghisap kulit anak.

perawatan penyakit DBD

Terlepas dari hal itu, ada lagi alasan mengapa penyakit DBD mudah menyerang anak-anak. Sebab, mereka kesulitan dalam menerjemahkan apa yang mereka rasakan. Apalagi untuk usia balita, orang tua hanya bisa melihat tanda-tanda seperti mereka terlihat lesu, demam, atau muntah. Tetapi anak tidak bisa mendeskripsikan dengan jelas bagian mana saja yang terasa sakit di dalam tubuh mereka. 

Nah, Anda nggak mau kan kalau hal ini terjadi pada anak Anda? Jadi jaga dan perhatikan kondisi kamar atau lingkungan bermainnya dengan baik ya. Jika ia sudah kelamaan berada di ruangan mungkin boleh diajak keluar dan begitu juga sebaliknya. Kalau ternyata anak tidak mau diganggu karena sedang belajar gimana? Sekarang kan sudah bisa belajar di mana pun dan kapan pun pakai Ruangguru, nggak mesti harus di ruang kelas lagi~

IDN CTA Blog ruangbelajar Ruangguru

Rabia Edra