Pengertian Bioteknologi Konvensional, Karakteristik, Produk, Kelebihan & Kekurangan | Biologi Kelas 12

Bioteknologi Konvensional dan Produknya

Bagaimana ya jika ilmu pengetahuan digunakan untuk menciptakan makanan yang sangat enak dan bergizi untuk kita makan? Ternyata hal ini sudah diterapkan melalui bioteknologi. Apa itu bioteknologi, dan apa saja contohnya? Yuk, pelajari di artikel Biologi kelas 12 ini!

Halo teman-teman, kamu tau nggak, kalau beberapa makanan favorit kita, seperti tempe, keju, kecap dan sebagainya diciptakan dari sebuah proses merekayasa dengan ilmu biologi. Wah, kok bisa? Nah jadi, proses pengolahan tersebut ada dalam ilmu bioteknologi!

Pernah mendengar istilah bioteknologi? Wah, bioteknologi itu apanya biologi, ya? Atau jangan-jangan itu teknologi yang hidup? Bukan ya, jadi bioteknologi adalah teknologi yang memanfaatkan makhluk hidup baik sebagian atau keseluruhan untuk menghasilkan barang atau jasa, dan lazimnya ditujukan untuk kepentingan manusia. 

Dengan pengertian tersebut, bisa kita pahami bahwa bioteknologi membantu pemenuhan kebutuhan hidup kita, baik barang atau jasa melalui pemanfaatan teknologi pada makhluk hidup. Misal kebutuhan kita pada makanan yang bergizi, yang bisa disimpan waktu lama, atau yang terasa lezat untuk kita makan sehari-harinya.

Bioteknologi sendiri dibagi menjadi 2, yaitu bioteknologi konvensional dan bioteknologi modern. Nah di artikel kali ini, kita mengenal bioteknologi konvensional dulu, ya!

Baca Juga: Manfaat Biologi dalam Berbagai Bidang Kehidupan Manusia

 

Pengertian Bioteknologi Konvensional 

Berdasarkan namanya, konvensional adalah sesuatu yang lazim, tradisional, atau mengikuti yang sudah ada. Bioteknologi konvensional memanfaatkan mikroorganisme secara utuh dan tidak bisa diproduksi dalam jumlah yang sangat besar

Oleh karena itu, meskipun produk bioteknologi konvensional bisa diproduksi secara massal melalui pabrik, tetapi tidak bisa diproduksi dalam jumlah besar, karna faktor mikroorganisme tadi guys! Selain itu, bioteknologi konvensional juga dilakukan tanpa adanya fertilisasi, tetapi menggunakan teknik fermentasi. Baru tahu, kan?

Apa itu fermentasi? Nah, fermentasi ini sendiri memiliki beberapa prinsip yang harus kamu ketahui. Dengan melakukan proses fermentasi, maka akan terjadi perubahan sifat substrat dan senyawa kompleks terpecah menjadi senyawa yang lebih sederhana. Selain itu, fermentasi juga menghasilkan senyawa asam dan gas, lho! Nah, perubahan sifat dan senyawa baru inilah yang merupakan hasil dari proses bioteknologi!

Sampai sini sudah lumayan terbayang kan? Yuk, kita lanjut bahas lebih detail karakteristik dari bioteknologi konvensional!

Perbedaan bioteknologi konvensional dan modern

Baca Juga: Mengenal Mutasi: Pengertian, Klasifikasi & Dampaknya

 

Karakteristik Bioteknologi Konvensional

Sebelumnya kita sudah singgung dikit, kalau bioteknologi konvensional itu menggunakan prinsip fermentasi dan memanfaatkan mikroorganisme secara utuh. Selain dua hal tersebut, bioteknologi konvensional punya karakteristik lain, diantaranya adalah:

1. Menggunakan alat tradisional dan sederhana

Pengolahan dalam bioteknologi konvensional umumnya menggunakan alat-alat sederhana yang bisa mudah kita temui. Misalnya ember, panci, gelas, toples, dan baskom. 

Contoh pengolahan bioteknologi konvensional dengan alat sederhana seperti pembuatan yoghurt. Alat yang digunakan yakni panci, toples, alat pengaduk dan termometer.

2. Menggunakan cara yang sederhana

Proses pengerjaan dalam bioteknologi konvensional juga terbilang sederhana. Cara mengolah bahan-bahan cukup mudah dan tidak terlalu rumit.

3. Tidak memerlukan keahlian khusus

Karena prosesnya yang dilakukan dengan cara yang sederhana, maka dari itu bioteknologi konvensional bisa dikerjakan oleh siapa saja dan tidak memerlukan keahlian khusus. 

Misalnya kembali lagi pada contoh cara membuat yoghurt, kita hanya perlu mencampur bakteri tertentu ke dalam susu, untuk selanjutnya disimpan untuk waktu tertentu. 

IDN CTA Blog UTBK Center Ruangguru 2022

 

4. Melibatkan mikroorganisme secara langsung dan utuh

Proses bioteknologi konvensional, sepenuhnya bergantung pada peran mikroorganisme. Misalnya saat membuat yoghurt, bakteri Lactobacillus bulgaricus membantu proses pembuatan yoghurt.

Baca Juga: Mengenal Spesiasi, Cara Menciptakan Hewan Baru dengan Sains

 

5. Menggunakan prinsip fermentasi

Prinsip utama dari karakteristik bioteknologi konvensional, yakni fermentasi. Fermentasi adalah proses yang menghasilkan energi untuk memecah senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana, dalam keadaan minim atau tanpa oksigen.

Melalui proses fermentasi ini, kemudian diperoleh produk akhir bioteknologi konvensional, yakni berupa produk utama atau produk sampingannya.

6. Proses biokimia dan genetik terjadi secara alami

Dalam proses bioteknologi konvensional, tidak ada manipulasi genetik yang terjadi. Misalnya pada contoh pembuatan yoghurt, bakteri yang dicampurkan pada susu, melakukan proses fermentasi yang terjadi secara alami.

7. Kondisi lingkungan dimanipulasi

Jika dari segi proses biokimia terjadi secara alami, salah satu hal yang bisa dimanipulasi hanya kondisi lingkungannya. Seorang yang memproses bioteknologi konvensional, dapat memanipulasi melalui media tempat mikroorganisme tumbuh. Selain itu, masa inkubasi serta konsentrasi mikroorganisme yang digunakan juga bisa disesuaikan.

8. Skala produksi umumnya lebih kecil

Karakteristik terakhir dari bioteknologi konvensional, yakni skala produksinya yang relatif lebih kecil dari bioteknologi modern. Karena prosesnya bergantung pada proses fermentasi dan bantuan dari mikroorganisme, maka skala produksi dari bioteknologi konvensional umumnya tidak dapat dilakukan secara massal.

 

Produk Bioteknologi Konvensional

Nah, setelah mengetahui informasi mengenai bioteknologi konvensional, kamu penasaran nggak sih, apa saja contoh produk dari bioteknologi konvensional? MSG atau yang kita kenal micin itu, ternyata hasil produk bioteknologi konvensional, lho!

Produk Bioteknologi Konvensional

Baca Juga: Bagaimana Cara Menentukan Jenis Kelamin Makhluk Hidup?

 

Ternyata tanpa kita sadari, produk bioteknologi konvensional ini banyak banget, ya. Selain itu, produknya juga bisa kamu temukan di pasar atau supermarket di dekat rumahmu. Berikut daftar contoh bioteknologi konvensional:

1. Tempe

Makanan kesukaan kita ini dibuat dari kedelai yang melalui proses fermentasi oleh mikroorganisme jamur kapang, atau Rhizopus sp.

2. Kecap

Kalau ngga ada kecap, terasa kurang aja gitu rasa manis gurih di makanan kita bukan? Nah, kecap merupakan produk bioteknologi konvensional, yang dibuat dari kedelai hitam yang difermentasi dengan mikroorganisme Aspergillus wentii atau Aspergillus oryzae

3. Roti

Roti merupakan produk bioteknologi yang paling membantu pemenuhan kebutuhan pangan manusia, lho. Roti diproses melalui tepung terigu, yang melalui proses fermentasi dengan bakteri Saccharomyces cerevisiae

4. Tape

Suka dengan cemilan unik satu ini? Tape merupakan makanan fermentasi paling populer nih. Dibuat dengan singkong, yang kemudian diproses fermentasi alkohol dengan mikroorganisme Saccharomyces cerevisiae

5. Acar atau sayuran fermentasi

Salah satu pelengkap yang bikin nasi gorengmu jadi seger dan gak enek. Acar adalah salah satu produk bioteknologi konvensional yang paling mudah dibuat, dan sering kita temui. Acar dibuat dari sayuran yang diproses fermentasi dengan larutan cuka dan garam, serta dibantu oleh mikroorganisme Lactobacillus plantarum, Streptococcus, Pediococcus.

IDN CTA Blog UTBK Center Ruangguru 2022

6. Mentega

Selanjutnya, ada bahan makanan utama yang sering kita temui, yakni mentega. Produk ini dibuat dari krim susu yang kemudian difermentasi dengan mikroorganisme Streptococcus lactis. Mentega ini berbeda dengan margarin yang dibuat dari minyak kelapa ya guys!

7. Keju

Siapa nih yang apa-apa, harus pakai keju, ngga martabak, nggak ayam goreng, semuanya disiram pake saus keju? Nah, keju ini salah satu produk dari bioteknologi konvensional. Keju berawal dari susu yang kemudian difermentasi dengan bakteri Penicillium camemberti, atau bakteri mikroorganisme lainnya.

8. Nata de Coco

Siapa yang suka minuman kenyal yang segar ini? Nata de coco adalah produk bioteknologi yang dibuat dari air kelapa, yang difermentasi dengan bakteri Acetobacter xylinum

Baca Juga: Pola-Pola Hereditas pada Makhluk Hidup

 

Kelebihan dan Kekurangan Bioteknologi Konvensional

Bioteknologi konvensional juga memiliki kelebihan dan kekurangan, nih! Apa aja ya? Yuk kita bahas satu persatu:

Kelebihan Bioteknologi Konvensional

Kelebihan dari proses bioteknologi secara konvensional yakni:

  1. Menggunakan bahan yang harganya relatif murah dan mudah didapat.
  2. Teknologi yang  digunakan juga tergolong sederhana.
  3. Tidak memiliki dampak negatif jangka panjang, serta bisa meningkatkan nilai gizi makanan.

 

Kekurangan Bioteknologi Konvensional

Kekurangan bioteknologi konvensional adalah:

  1. Tidak adanya perbaikan masalah genetik dan tidak bisa mengatasi masalah genetik yang sudah ada sebelumnya.
  2. Proses bioteknologi juga sangat mudah dipengaruhi oleh kondisi alam, antara lain suhu dan hama di lingkungan tersebut.  

Itulah tadi pembahasan kita mengenai bioteknologi konvensional. Mulai paham kan? Yuk, coba pelajari juga mengenai bioteknologi modern dan materi biologi lainnya di ruangbelajar! Ada ratusan video pembahasan konsep kilat, yang bisa bantu belajarmu jadi makin seru, yuk langganan!

IDN CTA Blog UTBK Center Ruangguru 2022

Referensi:

Irnaningtyas. (2018). Biologi untuk SMA/MA Kelas XII Kurikulum 2013 Revisi. Jakarta: Erlangga.

 

Artikel ini pertama kali ditulis oleh Embun Bening Diniari, kemudian diperbarui oleh Leo Bisma pada 2 Maret 2023.

Leo Bisma