Upaya Mempertahankan Kemerdekaan RI: Perlawanan Bersenjata | Sejarah Kelas 9

Perjuangan Bersenjata untuk Mempertahankan NKRI

Masa perjuangan bangsa Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan memang tidak mudah. Berikut dijelaskan beberapa macam perjuangan bersenjata untuk mempertahankan kemerdekaan RI.

 

Siapa yang suka main perang-perangan? Biasanya, anak-anak kecil sering sekali nih main perang-perangan dengan pedang-pedangan.

Nah, tahukah kamu, pasca kemerdekaan, negara kita juga mengalami banyak peperangan untuk mempertahankan kedaulatan negara. Tentunya perangnya perang betulan, ya.

Kira-kira seperti apa ya, ceritanya? Yuk, simak macam-macam perjuangan bersenjata untuk mempertahankan kemerdekaan RI!

 

Kedatangan Sekutu ke Indonesia

Jadi guys, pada awalnya, setelah Jepang menyerah kepada Sekutu, seluruh negara jajahan Jepang di Asia Tenggara diambil alih oleh pasukan sekutu, yaitu AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies).

Tugas AFNEI adalah menerima penyerahan kekuasaan dari tangan Jepang, membebaskan tentara Sekutu yang ditahan Jepang, serta melucuti serta mengumpulkan orang-orang Jepang untuk dipulangkan ke negerinya.

Kedatangan tentara sekutu ternyata juga disertai dengan kedatangan NICA (Netherland Indies Civil Administration) yang bertujuan ingin kembali menegakkan kekuasaan Belanda di Indonesia.

Tentara AFNEI bersama NICA sampai ke Indonesia pertama kali pada tanggal 29 September 1945 di Tanjung Priok. Kemudian, Indonesia pun mulai melakukan berbagai upaya untuk mempertahankan kemerdekaan, salah satunya dengan melalui perjuangan bersenjata.

 

Upaya Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia

1. Pertempuran Medan Area

Pertempuran bersenjata pertama terjadi di Medan. Pertempuran ini dikenal dengan sebutan Medan Area.

Pada awalnya, tentara AFNEI dan NICA mendarat di Medan pada 9 Oktober 1945. Pasukan ini dipimpin oleh Brigadir Jenderal T.E.D. Kelly.

Saat itu, rakyat Indonesia pun menyiapkan pasukan. Maka, pada 10 Oktober 1945, dibentuklah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Medan di bawah pimpinan Ahmad Tahir. Selain TKR, terdapat badan-badan pemuda dan laskar rakyat yang saling bekerja sama. 

Nah, sebelum peristiwa ini terjadi, ada beberapa trigger atau pemantiknya nih, guys. Pertama, adanya insiden yang dilakukan oleh pasukan NICA yang menginjak lencana merah putih pada 13 Oktober 1945. Otomatis, rakyat Medan saat itu tersinggung dong, ya!

Kedua adalah adanya ultimatum dari pimpinan tentara Sekutu di Sumatera Utara, yaitu T.E.D. Kelly tanggal 18 Oktober 1945 kepada rakyat Indonesia untuk menyerahkan senjatanya kepada Sekutu. Hal ini memicu perlawanan antara rakyat Medan dengan sekutu.

Terlebih pada tanggal 1 Desember 1945, pihak Sekutu memasang papan-papan yang bertuliskan Fixed Boundaries Medan Area, yang artinya Batas Resmi Wilayah Medan di berbagai sudut pinggiran kota Medan.

Papan ini bertujuan untuk menentukan batas wilayah secara sepihak oleh AFNEI. Gak heran, keputusan AFNEI tersebut membuat rakyat Meda semakin marah, karena AFNEI dan NICA kesannya ikut campur atas batas kedaulatan Indonesia. 

Baca Juga: Siapa Saja Tokoh Kemerdekaan dan Reformasi?

Peristiwa ini menimbulkan pertempuran yang lebih besar antara rakyat Medan melawan Sekutu. Sekutu bersama NICA melancarkan aksi besar-besaran sejak 10 Desember 1945, serta mengusir dan menindas rakyat Indonesia.

Lalu, pada bulan April 1946, tentara Inggris berusaha mendesak pemerintah RI ke luar kota Medan. Akhirnya, Gubernur, Markas Divisi TKR, dan Wali Kota RI pindah ke Pematang Siantar. Secara tidak langsung, pada bulan ini pula, Sekutu pun berhasil menguasai kota Medan.

Kemudian, pada 10 Agustus 1946, para komandan pasukan yang berjuang di Medan Area mengadakan pertemuan dan  membentuk Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area untuk melanjutkan perlawanan terhadap Sekutu dan NICA.

 

2. Pertempuran Surabaya

Coba tebak, Hari Pahlawan setiap tahunnya diperingati setiap tanggal berapa? Hah, 10 November? Betulll! Nah, peringatan Hari Pahlawan ini berkaitan erat dengan Pertempuran Surabaya, lho. Wah, gimana tuh cerita lengkapnya?

Pertempuran ini diawali dengan kedatangan tentara AFNEI ke Surabaya yang dipimpin oleh Brigjen A.W.S Mallaby pada 25 Oktober 1945. Sebenarnya, di awal kedatangannya, AFNEI sudah bilang kalau kedatangan mereka hanya ingin menjalankan tugas dan gak akan merebut senjata dari rakyat Surabaya.

Eh, pas tanggal 27 Oktober 1945, pihak AFNEI malah menyebarkan pamflet yang isinya perintah agar rakyat Surabaya segera menyerahkan senjata mereka.

Ya otomatis, rakyat Surabaya tidak terima dong. Bentrokan antara rakyat Surabaya dan pihak AFNEI pun tidak terhindarkan. Puncaknya, pada 30 Oktober 1945, Brigjen A.W.S Mallaby terbunuh di bentrokan tersebut.

AWS Mallaby

Brigjen Aubertin Walter Sothern Mallaby (sumber: en.wikipedia.id) 

 

Eits tapi, kerusuhan tidak berhenti di situ saja, guys! Pada 9 November 1945, saat itu AFNEI dipimpin oleh Mayjen Robert Mansergh, mengeluarkan ultimatum atau peringatan kepada tentara dan rakyat Surabaya untuk segera menyerahkan semua senjata yang dimiliki, serta membuat pernyataan menyerah tanpa syarat kepada pihak AFNEI.

Mantapnya, rakyat Surabaya tetap menolak isi ultimatum tersebut, dan mereka memilih untuk melawan!

Akhirnya, pada 10 November 1945, tentara AFNEI melancarkan serangan besar-besaran di Surabaya dengan menggunakan tank dan pesawat tempur. Tapi, rakyat Surabaya pantang menyerah! Semangat mereka justru semakin berkobar ketika mendengar pidato berapi-api Bung Tomo melalui siaran radio.

Namun sayangnya, karena keterbatasan senjata di pihak Indonesia, pertempuran ini menggugurkan ribuan rakyat Surabaya; dan pada awal Desember 1945, pihak AFNEI berhasil menguasai Surabaya. Setidaknya, rakyat Surabaya serta para tentara sudah berjuang dengan maksimal ya, guys.

Baca Juga: Hari Pahlawan: Mengenal 10 Pahlawan Indonesia yang Belum Banyak Dipublikasikan

 

3. Pertempuran Ambarawa

Masih di wilayah Jawa, pada 20 Oktober 1945, tentara AFNEI dan NICA tiba di Semarang di bawah pimpinan R.G. Bethell. Sebenarnya, tujuan awal mereka datang ke Semarang adalah ingin membebaskan para tawanan yang ditahan di Ambarawa dan Magelang.

Oiya, FYI aja ini mah. Ambarawa itu letaknya di antara Semarang-Magelang dan Semarang-Solo, ya.

Lanjutt. Tawanan ini dulunya pernah ditahan oleh Jepang. Eh tapi, setelah para tawanan tersebut dibebaskan, para bekas tawanan ini justru dipersenjatai dan berbuat onar. TKR sebagai pasukan yang bertugas mengamankan rakyat tidak terima.

Akhirnya, pada 21 November 1945, pihak TKR menyerang pihak lawan yang ada di Magelang, dan berhasil memukul mundur hingga ke Ambarawa.

Karena merasa terancam, akhirnya pasukan AFNEI membalas serangan tersebut dengan menjatuhkan bom-bom ke desa-desa di sekitar ambarawa pada 26 November 1945. Pertempuran sengit pun tidak bisa dihindari.

Bahkan, pada 12 Desember 1945Kolonel Sudirman yang merupakan pemimpin TKR Dvisi Banyumas saaat itu, menyerang musuh dengan strategi supit urang. Strategi ini digunakan dengan membentuk formasi capit udang agar musuh terkepung dari dua sisi.

Kolonel Soedirman

Soedirman, awal 1946 (sumber: https://id.wikipedia.org/wiki) 

 

Dalam pertempuran ini, TKR Ambarawa meraih kemenangan pada 15 Desember 1945 dengan mengalahkan pasukan AFNEI dan NICA. Untuk mengenang peristiwa ini, setiap tanggal 15 Desember diperingati sebagai Hari Infanteri.

Baca Juga: Siapa Saja Tokoh Kemerdekaan dan Revolusi Indonesia?

 

4. Bandung Lautan Api

Sekarang telah menjadi lautan api, mari Bung rebut kembali!

Kamu familiar gak dengan penggalan lirik di atas? Penggalan lirik itu diambil dari lagu Nasional berjudul Halo-Halo Bandung yang ditulis oleh Ismail Marzuki. Lagu ini ternyata terinspirasi dari Peristwa Bandung Lautan Api, lho.

Yuk kita bahas!

Nah guys, setelah menguasi Medan dan Jawa Tengah, pasukan AFNEI dan NICA melpir juga nih, ke Jawa Barat! Tepatnya pada 12 Oktober 1945, AFNEI tiba di Bandung yang ketika itu dipimpin oleh Brigadir MacDonald. (Bukan yang jualan ayam goreng ya. Beda~)

Kalau diperhatikan, tanggal kedatangan tentara AFNEI dan NICA ini tuh beda tipis ya dengan daerah-daerah lain yang sudah kita bahas sebelumnya.

Niat awalnya sih sama kayak waktu mereka datang ke Ambarawa. Ingin membebaskan tawanan Belanda yang dulu ditahan oleh Jepang. Sayangnya, seperti yang kita tahu, mereka melanggar ucapannya sendiri. Mereka malah rusuh dan berlaku sewenang-wenang di Bandung.

Kelakuannya juga mirip-mirim nih kayak pas di Ambarawa. Pihak musuh mulai mengeluarkan ultimatum agar menyerahkan senjata milik mereka. Rakyat Bandung tentu saja tidak terima.

Pertempuran bersenjata kemudian berlangsung selama kurun waktu November 1945-Maret 1946. Dimulai dari 21 November 1945, ketika TKR Bandung Utara mulai melawan pihak Sekutu. Tiga hari kemudian, pihak musuh memberikan ultimatum agar seluruh tentara dan penduduk pergi meninggalkan Bandung Utara.

Tentu saja, rakyat Bandung menolak ultimatum tersebut. Bentrokan antar TKR Bandung Utara dan pihak Sekutu pun tidak terelakkan. Sayangnya, pihak TKR kala itu tidak dapat mempertahankan wilayah Bandung Utara.

Tidak sampai di situ saja, pada 23 Maret 1946, Sekutu lag-lagi mengeluarkan ultimatum agar Bandung Selatan dikosongkan. Kemudian, pada malam hari di tanggal 23 Maret tersebut, Kolonel A.H. Nasution, yang saat itu menjabat sebagai Panglima Divisi Siliwangi, memutuskan agar seluruh penduduk Bandung Selatan dipindahkan.

A.H. Nasution

A.H. Nasution, 1946 (sumber: https://id.wikipedia.org/wiki) 

 

Lalu, apa rencana yang akan dieksekusi oleh beliau?

Saat itu, Kolonel A.H. Nasution melakukan taktik bumi hangus. Jadi, saat itu, gedung-gedung yang berada di Bandung Selatan dibakar agar tidak dapat digunakan oleh Sekutu.

Beberapa tokoh terkenal yang bertugas membumihanguskan Bandung adalah Mohammad Toha dan Mohammad Ramdhan. Keduanya merupakan anggota Barisan Rakyat Indonesia yang berhasil menghancurkan/meledakan gudang mesiu agar tidak digunakan oleh pihak Sekutu. Tokoh pahlawan tersebut ikut gugur dalam peristiwa itu. 🙁

Peristiwa ini pun dikenal sebagai Peristiwa Bandung Lautan Api.

monumen bandung lautan api

Monumen Bandung Lautan Api (sumber: wisataidn.com)

 

5. Puputan Margarana

Oke, sekarang kita melipir dikit nih ke Pulau Dewata alias Pulau Bali. Sejak Maret 1946, Belanda berhasil menduduki beberapa daerah di Bali. Tapi guys, Puputan Margarana ini terjadi setelah kesepakatan Perjanjian Linggajati dilaksanakan antara Indonesia dan Belanda pada 15 November 1946.

Singkatnya, dalam Perjanjian Linggajati, secara de facto wilayah Indonesia hanya terdiri dari Sumatra, Jawa, dan Madura. Berarti dapat disimpulkan, Bali gak termasuk ke dalam wilayah Indonesia.

I Gusti Nungrah Rai, yang merupakan pimpinan Laskar Bali, kecewa dengan keputusan Perjanjian Linggajati. Ia juga menolak ajakan Belanda untuk membentuk Negara Indonesia Timur (NIT).

I Gusti Nungrah Rai

Lukisan pahlawan I Gusti Nungrah Rai  (sumber: https://id.wikipedia.org/wiki) 

 

Puncak serangan pasukan Belanda terjadi tanggal 20 November 1946. Pasukan Belanda mengepung desa Marga tempat I Gusti Ngurah Rai bersembunyi.

Walaupun terdapat ketidakseimbangan kekuatan antara tentara Indonesia dan Belanda, I Gusti Ngurah Rai tetap bertempur hingga titik darah penghabisan.

Di hari yang sama, yaitu pada 20 November 1946, Ngurah Rai gugur dalam pertempuran melawan Belanda. Pertempuran sengit antara Belanda dan tentara Indonesia di Bali dikenal dengan Perang Puputan (pertempuran habis-habisan).

Wah, ternyata banyak sekali ya, pertempuran yang terjadi guna mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan RI! Kamu juga bisa, lho turut andil dalam mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan RI. Gimana caranya, tuh? Tentu saja dengan rajin belajar, dong. Kamu bisa banget cek artikel Sejarah Kelas 9 lainnya di blog ini.

Selain itu, supaya belajarnya makin seru, yuk belajar bersama ruangbelajar! Kamu bakal belajar materi lebih lengkap terkait materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan dan materi-materi menarik lainnya, lho~ Yuk daftar!

Ruangbelajar

Referensi:

Poesponegoro, Marwati Djoened. 2019. Sejarah Nasional Indonesia VI: Zaman Jepang dan Zaman Republik Indinesia (1942-1998). Jakarta: Penerbit Balai Pustaka.

Suparno, N. dan T. D. Haryo Tamtomo. Ilmu Pengetahuan Sosial Sejarah untuk SMP/MTS Kelas IX Kurikulum 2013 Kelompok Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Erlangga.

Sumber gambar:

Gambar ‘A.H. Nasution’ [Daring]. Tautan: https://commons.wikimedia.org/wiki/File:AH_Nasution_as_the_Deputy_Commander_of_the_Indonesian_Armed_Forces.jpg (Diakses pada 23 Januari 2024)

Gambar ‘AWS Mallaby’ [Daring]. Tautan: https://en.wikipedia.org/wiki/Aubertin_Walter_Sothern_Mallaby#/media/File:Aubertin_Mallaby.jpg (Diakses pada 6 Januari 2022)

Gambar ‘I Gusti Nungrah Rai’ [Daring]. Tautan: https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Lukisan_I_Gusti_Ngurah.jpg (Koleksi Pribadi Prabowo Subianto) (Diakses pada 23 Januari 2024)

Gambar ‘Kolonel Soedirman’ [Daring]. Tautan: https://id.wikipedia.org/wiki/Soedirman#/media/Berkas:Sudirman_saluting_27_May_1946_KR.JPG (Diakses pada 23 Januari 2024)

Gambar ‘Monumen Bandung Lautan Api’ [Daring]. Tautan: https://www.wisataidn.com/monumen-bandung-lautan-api/ (Diakses pada 6 Januari 2022)

 

Artikel pertama kali ditulis oleh Embun Bening Diniari dan dipublikasikan  pada 10 Januari 2022, kemudian diperbarui oleh Laras Sekar Seruni.

Laras Sekar Seruni