Penyajian Data dalam Tabel dan Diagram | Matematika Kelas 7

Penyajian Data dalam Tabel dan Diagram | Matematika Kelas 7

Artikel ini menjelaskan tentang cara menyajikan data dalam bentuk tabel dan diagram. Simak materi ini hingga selesai ya, mari kita belajar!

Halo, bagaimana kabarnya? Semoga tetap semangat, ya!

Kali ini, kita akan belajar sesuatu yang menarik banget nih, yaitu tentang cara penyajian data dalam bentuk tabel dan diagram. Waah, penasaran nggak, sih? Tapi, sebelum kita masuk ke materi, kakak ingin kamu melakukan sesuatu dulu, nih.

penasaranApa tuuhh??? 

Coba deh kamu keluarkan semua isi yang ada di tempat pensilmu. Lalu, kamu kelompokkan sesuai jenisnya, sehingga ada kelompok pensil, pulpen, penghapus, dan lain sebagainya. Setelah itu, hitunglah banyak pensil, pulpen, penghapus, dan kelompok lainnya, dan catat hasilnya di kertas. 

Kalau dari tempat pensil kakak, hasilnya seperti ini:

Contoh tabel frekuensi

Bagaimana dengan kamu?

Nah, tahu nggak sih kalau tadi kamu sedang melakukan pengamatan. Iya, mengamati berapa banyak jenis alat tulis yang kamu punya dan masing-masing banyaknya. Hayoo, siapa yang baru sadar kalau ada alat tulisnya yang hilang? Hehehe

Banyaknya setiap macam kelompok alat tulis yang kamu catat di kertas tadi merupakan informasi yang diperoleh dari hasil pengamatan. Informasi ini bisa kita sebut sebagai data.

Data dalam tabel

Data dapat kita sajikan dalam dua bentuk penyajian, yaitu tabel dan diagram. Adapun tabel yang dibahas adalah tabel baris dan kolom, kontingensi, dan distribusi frekuensi. Kemudian pada diagram, yang akan dibahas meliputi diagram garis, batang, dan lingkaran.

Kenapa sih kita perlu melakukan penyajian data? Nah, tujuannya itu supaya data yang kita peroleh lebih mudah dibaca dan dimengerti, sehingga mudah juga untuk dianalisis dan diambil kesimpulannya.

Oke, kita akan bahas satu persatu materi ini secara rinci, yaaa. So, stay tuned, guys!

Baca juga: Mengenal Operasi Hitung pada Pecahan

 

Penyajian Data Dalam Bentuk Tabel

Menyajikan data dalam bentuk tabel berarti data-data tersebut kita susun dalam urutan baris dan kolom. Terdapat tiga macam penyajian data dalam bentuk tabel, yaitu sebagai berikut:

 

a. Tabel Baris dan Kolom

Penyajian data dalam bentuk tabel yang pertama adalah tabel baris dan kolom. Tabel baris dan kolom adalah tabel yang hanya memiliki satu kategori/kelompok saja.

Misalnya, data yang kita peroleh dari hasil pengamatan tadi. Ada pensil, pulpen, penghapus, rautan, dan lain sebagainya. Nah, data-data tersebut bisa digabung ke dalam satu kategori/kelompok, yaitu jenis alat-alat tulis. Paham ya maksudnya?

Kalau data tersebut kita sajikan dalam bentuk tabel baris dan kolom, hasilnya akan berupa contoh tabel frekuensi seperti ini.

contoh Tabel Baris dan Kolom

 

b. Tabel Kontingensi

Berbeda dengan tabel baris dan kolom, tabel kontingensi adalah tabel yang datanya memiliki lebih dari satu kategori/kelompok. Contoh tabel kontingensi, bisa kita lihat pada data gambar di bawah ini.

Di gambar tersebut, diketahui data jumlah siswa kelas 7 berdasarkan jenis kelaminnya. Nah, data tersebut memiliki dua kategori, yaitu kelas dan jenis kelamin. Oleh karena itu, bentuk contoh tabel penyajiannya akan seperti ini:

Baca juga: Pengertian & Rumus Menghitung Bruto, Netto, Tara

Tabel Kontingensi

 

c. Tabel Distribusi Frekuensi

Terakhir, penyajian data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Tabel distribusi frekuensi adalah tabel yang digunakan untuk data yang dikelompokkan dalam suatu interval/selang nilai. Setiap interval nilai memiliki frekuensi (banyak data).

Biasanya, kalau data yang kamu peroleh itu cukup banyak, kamu bisa menyajikannya dalam tabel ini agar bentuknya jadi lebih sederhana. Hmm, bingung, ya? Kalau bingung, coba perhatikan contoh tabel berikut.

 

Tabel Distribusi Frekuensi

Berdasarkan gambar di atas, diketahui data nilai ulangan harian Matematika siswa kelas 7A. Nah, banyak siswanya ada 30 dan nilainya juga beragam, mulai dari 61 sampai 100.

Sebenarnya, kamu bisa menyajikan data tersebut dalam tabel baris dan kolom. Tapi, akan lebih sederhana jika membuatnya dalam tabel distribusi frekuensi.

Jadi, data dikelompokkan terlebih dahulu ke dalam beberapa interval. Kalau pada gambar, terdapat 4 interval, yaitu 61-70 (nilai 61 sampai 70), 71-80 (nilai 71 sampai 80), dan seterusnya.

Kamu perlu tahu juga nih, setiap interval harus memiliki panjang yang sama. Contohnya, interval 61-70 memiliki panjang 10 (dari 61 sampai 70, totalnya ada 10), begitu juga dengan interval 71-80, dan interval-interval lainnya.

Nah, frekuensi itu menandakan banyaknya siswa yang mendapat nilai Matematika sesuai dengan intervalnya masing-masing. Misalnya, frekuensi pada interval 61-70 ada 3, berarti banyak siswa yang mendapat nilai antara 61 sampai 70 pada ulangan harian Matematika ada 3 orang. Jelas, ya?

Oke, kakak harap dengan penjelasan ini kamu jadi paham perbedaan dari ketiga tabel di atas. Sekarang, kita lanjut ke bahasan berikutnya, yuk! Masih pada semangat, kan?

Baca juga: Mengenal Berbagai Jenis Segitiga Berdasarkan Sisi dan Sudut

Sebelum masuk ke bahasan Penyajian Data Dalam Bentuk Diagram, simak pariwara berikut! Kini, Ruangguru mempersembahkan fitur belajar ADAPTO, video belajar adaptif satu-satunya di Indonesia yang dapat disesuaikan dengan pemahaman kamu. Penasaran? Klik banner di bawah aja, yuk!

IDN CTA Blog Adapto Ruangguru 2022

 

Penyajian Data Dalam Bentuk Diagram

Apa itu diagram? Diagram adalah gambar sederhana yang menunjukkan penampilan, struktur, atau cara kerja sesuatu atau yang merepresentasikan data.

Jika kamu ingin menyajikan data dalam bentuk diagram, berarti data-data tersebut kita susun dan buat dalam bentuk gambar atau lambang. Oleh karena itu, penyajian data dalam bentuk ini akan jauh lebih menarik.

Terdapat tiga jenis penyajian data dalam bentuk diagram, antara lain sebagai berikut:

a. Diagram Batang (Balok)

Diagram batang adalah bentuk penyajian data yang dapat dikategorikan/dikelompokkan (nilai ulangan, jenis pekerjaan, hobi, dsb) dan data tahunan (harga barang dari tahun ke tahun, besar keuntungan dari tahun ke tahun, dsb).

Penggunaan diagram batang biasanya lebih tepat digunakan untuk menyajikan data yang variabelnya dalam kategori-kategori tertentu, seperti data jenis pekerjaan, data penjualan tahunan, dan lain-lain.

Pada diagram batang, data akan digambarkan membentuk persegi panjang yang memanjang ke atas. Setiap persegi panjang harus memiliki lebar yang sama dan tidak boleh menempel antara satu dengan yang lainnya.

Lalu, bagaimana cara menyajikan data dalam bentuk diagram batang, ya? Simak contoh di bawah ini, yuk!

Misalnya, terdapat data tinggi badan siswa kelas 7A sebagai berikut:

139, 137, 135, 135, 136, 137, 138, 139, 137, 138, 135, 136, 137, 139, 137, 137, 138, 135, 137, 136, 139, 137, 135, 136, 138, 138, 136, 137, 137, 136.

Nah, cara membuat diagram batang, kamu harus cari tahu dulu nih banyaknya siswa pada masing-masing tinggi badan. Tapi, data yang diperoleh ternyata masih belum urut (acak), sehingga agak sulit untuk dihitung.

Oleh karena itu, kamu harus membuat urutan datanya terlebih dahulu, mulai dari data yang paling kecil. Supaya lebih mudah, kita susun datanya dalam bentuk tabel, ya.

Setelah itu, buatlah sumbu datar dan tegak yang saling berhubungan. Sumbu datar menyatakan kategori dan sumbu tegak menyatakan banyak data (frekuensi) dari masing-masing kategori.

Kemudian, gambar setiap data satu per satu secara berurutan, sehingga diperoleh gambar seperti berikut:

Baca juga: Jenis-Jenis Bilangan Pecahan dan Contohnya

 

Diagram Batang (Balok)

 

Dari diagram batang tersebut, kita bisa lebih mudah memperoleh beberapa informasi, di antaranya tinggi badan terpendek siswa kelas 7A adalah 135 cm, tinggi badan tertinggi siswa kelas 7A adalah 139 cm, dan kebanyakan siswa kelas 7A memiliki tinggi badan 137 cm.

Gimana, paham sampai sini? Kita lanjut, yaaa…

 

b. Diagram Garis

Diagram garis biasanya digunakan untuk menyajikan data yang berkelanjutan/kontinu, seperti jumlah penduduk setiap tahun, jumlah produksi barang setiap tahun, perubahan iklim dan cuaca pada rentang waktu tertentu, dan lain sebagainya.

Penggunaan diagram garis biasanya untuk menyajikan data yang berkesinambungan yang terikat waktu. 

Contohnya:

Jumlah siswa setiap tahun, Penjualan sepeda motor setiap tahun, dan banyak lagi.

Sesuai namanya, pada diagram garis, data akan digambarkan membentuk garis. Nah, cara menyajikan data dalam diagram garis hampir sama dengan diagram batang.

Hanya langkah akhirnya saja yang berbeda. Kamu hanya perlu menarik garis secara berurut dari titik-titik yang telah disesuaikan dengan data.

Kalau data tinggi badan siswa kelas 7A kita buat ke dalam diagram garis, hasilnya akan seperti ini:

Diagram Garis

Baca juga: Cara Menyelesaikan Bentuk-Bentuk Aljabar

 

c. Diagram Lingkaran (Pie)

Diagram lingkaran biasanya digunakan untuk menyajikan data yang dapat dikategorikan/dikelompokkan. Penggunaan diagram lingkaran pada umumnya ditujukan untuk mengetahui proporsi suatu data terhadap keseluruhan data. Apakah dominan atau tidak.

Pada diagram lingkaran, data akan digambarkan dalam bentuk lingkaran yang terbagi menjadi beberapa juringNah, juring-juring ini dapat dinyatakan dalam bentuk persen (%) atau derajat (o).

Besarnya persentase dan derajat dipengaruhi oleh besar nilai/frekuensi data, sehingga setiap juring akan memiliki ukuran yang berbeda-beda.

Jika juring dinyatakan dalam persen, maka untuk satu lingkaran penuh, total persentasenya adalah 100%. Sementara itu, jika juring dinyatakan dalam derajat, maka untuk satu lingkaran penuh, total sudutnya adalah 360o.

Lalu, bagaimana cara membuat diagram lingkaran? Kamu harus menentukan besar persentase atau sudut setiap kategori datanya terlebih dahulu. Oke, terus cara menghitung diagram lingkaran bagaimana?

Kamu bisa menggunakan salah satu rumus diagram lingkaran berikut ini ya:

Rumus diagram lingkaran

Baca juga: Pengertian dan Contoh Bilangan Bulat

Setelah setiap kategori data sudah diubah ke bentuk persen atau derajat, kamu bisa langsung membuat lingkaran dan membaginya sesuai dengan besarnya masing-masing. Gunakan busur derajat agar pembagiannya bisa lebih tepat, ya.

Nah, kalau data tinggi badan siswa kelas 7A kita sajikan dalam bentuk diagram lingkaran, contoh diagram lingkaran hasilnya akan seperti ini:

 

Diagram lingkaran

Baca juga: Hubungan Antar Himpunan Matematika

 

Oke, selesai sudah bahasan kita kali ini. Gimana, menarik kan materinya?

Supaya kamu tambah paham lagi nih, coba deh lakukan pengamatan sederhana di rumah. Misalnya, kamu bisa bertanya tentang kegiatan apa yang paling disukai teman-temanmu. Nah, dari data hasil pengamatanmu itu, kamu sajikan dalam bentuk tabel dan diagram yang sudah kita pelajari tadi. Lalu, kamu buat deh kesimpulannya.

Terakhir, kalau kamu masih belum paham dengan materi ini, kamu bisa gunakan aplikasi ruangbelajar. Belajar tidak hanya lebih seru lewat video animasi menarik saja, tapi juga dipandu oleh kakak-kakak Master Teacher yang asik dan bikin kamu lebih mudah paham dengan materi.

 

IDN CTA Blog Adapto Ruangguru 2022

Referensi:

Subchan, Winarni, dkk. (2015) Matematika SMP/MTs Kelas IX. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

GIF “Orang Penasaran” [Daring]. Tautan: https://giphy.com/gifs/johnnyorlando-johnny-orlando-eltB7oJKSWthrWE0KB (Diakses: 14 Januari 2021)

 

Artikel diperbarui oleh Leo Bisma pada 13 April 2022

Hani Ammariah