Pesan Kasih untuk Guru: “Bila Dunia Ini Tanpamu”

Senin itu,

matahari telah beranjak dari peraduannya. Pengeras suara memanggil anak-anak sekolah untuk berbaris di lapangan karena upacara bendera akan segera dimulai. Tiga puluh menit berlalu, tibalah saatnya pidato inspektur upacara yang diisi oleh kepala sekolah.

Berbeda dengan biasanya, walau sengatan matahari cukup terik, Fariz dan teman-temannya tetap fokus mendengarkan pidato Pak Kepala Sekolah yang berjudul,

pesan kasih untuk guru

bayangkan, kalian berjalan di jalanan

yang gelap, tanpa penerangan.

Jalanan itu bercabang namun tak ada

petunjuk arah, di pinggir kanannya hutan

yang lebat penuh dengan binatang buas.

Kalian tidak mempersiapkan apapun,

tidak bawa lampu, api, kompas, tali, alat

komunikasi apapun.

Apa kemungkinan terburuk yang bisa dihadapi?

Tersesat. Belok ke kiri jatuh ke jurang.

Belok ke kanan masuk ke hutan diserang binatang buas.

Semuanya berakhir buruk.

Begitulah ibaratnya, dunia tanpa guru

seperti berjalan tanpa petunjuk, tidak

tahu mau kemana.

Dunia tanpa guru seperti berjalan di kegelapan.

Sedikit saja salah melangkap, bisa celaka.

Dunia tanpa guru seperti berjalan tanpa persiapan apapun.

Tidak siap menghadapi bahaya yang menghadang.

pesan kasih untuk guru

Guru ibarat petunjuk, pelita, dan segala

perbekalan untuk mempersiapkan kita

menghadapi kemungkinan terburuk.

Tanpa guru, bisa apa kita?

Tanpa guru, mungkin tidak akan ada profesi dokter.

Tanpa guru, mungkin tidak akan ada profesi ilmuwan.

Tanpa guru, mungkin Bapak tidak bisa berdiri di podium ini,

berpidato di depan kalian.

Tanpa guru, mungkin kalian tidak akan ada di sini.

Ketika memilih menjadi guru,

Bapak sadar pekerjaan ini tanggung jawabnya besar.

Pekerjaan lain biasanya butuh 8 jam sehari,

tapi menjadi guru berarti bersedia menyerahkan 24 jam 7 hari.

Mendidik anak tidak ada jam kerjanya,

selalu siap dimanapun dan kapanpun.

Saat jam sekolah, kita mengajarkan kalian berbagai pelajaran.

Sepulang sekolah, setiap tindakan kita tetap harus bisa jadi teladan.

Kalau guru tingkahnya tidak baik, apalagi muridnya.

Jadi coba bayangkan kalau dunia ini tanpa guru?”

Itulah penggalan pidato Kepala Sekolah pada upacara pagi itu. Fariz tampaknya benar-benar tersentuh. Dia kembali merenungkan pidato Pak Kepala Sekolah tadi pagi.

‘Beberapa hari lagi kan hari guru, apa yang bisa saya berikan ya sebagai balas jasa untuk para guru?’

Kemudian Fariz teringat kata-kata terakhir di pidato Pak Kepala Sekolah tadi.

pesan kasih untuk guru

Sebuah ide cemerlang pun terlintas di benaknya. Sepulang sekolah, Fariz langsung mengerjakan apa yang ada di benaknya tadi.

Hari guru pun tiba. Pagi itu, mading sederhana berbentuk persegi panjang dari karton cokelat sudah terpampang di papan pengumuman sekolah. Beberapa guru sudah berkerumun di depannya ingin membaca isi mading tersebut. Di atas mading itu tertulis judul ‘Guru, bila dunia ini tanpamu’.

pesan kasih untuk guru

pesan kasih untuk guru

Semakin siang, kerumunan di depan mading itu semakin banyak. Beberapa guru terlihat tersenyum dengan mata berkaca-kaca.

pesan kasih untuk guru

pesan kasih untuk guru

Fariz pun hanya bisa mengucapkan kata-kata ini berulang kali di tengah kerumunan itu, “Terimakasih Guru! Tanpamu, apa jadinya aku,” sambil mencium tangan gurunya satu per satu.

*****

Seperti apa yang dikatakan Pak Kepala Sekolah tadi, peran guru sangat besar untuk masa depan muridnya. Guru harus bisa membentuk dan menuntun muridnya sedari dini agar mereka tidak salah melangkah. Berkat guru lah, anak-anak di Indonesia mempunyai cukup bekal untuk bersaing meraih mimpinya saat mereka dewasa.

Yuk, baca cerpen Pesan Kasih untuk Guru lainnya dengan klik link Pesan Kasih Untuk Guru

Ruangguru