Hari Toleransi Internasional: Kenali Ragam Aliran Kepercayaan Lokal di Indonesia

Kepercayaan Lokal Indonesia

Selamat Hari Toleransi Internasional! Yuk, kita kenali berbagai ragam aliran kepercayaan lokal yang ada di Indonesia.

Mungkin beberapa di antara kamu ada yang belum tau nih, kalau setiap tanggal 16 November itu diperingati sebagai Hari Toleransi Internasional (International Tolerance Day). Peringatan ini bertujuan untuk meningkatkan toleransi dan tenggang rasa di kalangan masyarakat dunia. Nah, kita bisa memanfaatkan Hari Toleransi Internasional untuk mengampanyekan kesadaran saling menghargai dan menghormati satu sama lain, baik antar individu maupun kelompok.

Di Indonesia sendiri, terdapat berbagai macam perbedaan, salah satunya agama atau kepercayaan. Saat ini, Indonesia memiliki enam agama yang diakui pemerintah, yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu.

Tapi, ternyata selain enam agama tersebut, pemerintah juga menetapkan adanya aliran kepercayaan atau animisme. Banyak lho aliran kepercayaan lokal yang ada di negara kita. Contohnya, Sunda Wiwitan, Kejawen, Kaharingan, dan masih banyak lagi. Ajaran ini sudah ada sejak dahulu kala, bahkan sebelum masuknya agama besar seperti Islam dan Kristen. Kepercayaan lokal ini telah menyatu dengan penduduk dan susah dilepaskan.

Baca juga: Aspek Kepercayaan pada Masa Praaksara

Penasaran apa aja aliran kepercayaan lokal Indonesia, selain 3 macam yang udah disebutkan tadi? Yuk, simak artikel berikut!

1. Sunda Wiwitan

Sunda Wiwitan adalah kepercayaan yang telah dianut oleh sekelompok masyarakat Sunda sejak ratusan tahun yang lalu. Bahkan sebelum Hindu dan Buddha masuk ke Indonesia, ajaran Sunda Wiwitan sudah ada dan berkembang dalam masyarakat. Pada era modern seperti sekarang, masyarakat Sunda Wiwitan bisa ditemukan di kawasan Kanekes, Banten; Kampung Naga, Cirebon, dan Cigugur, Kuningan.

Sunda Wiwitan

Upacara Seren Taun oleh penganut Sunda Wiwitan di Kuningan. (sumber: infobudaya.net)

Sunda Wiwitan memuja roh nenek moyang sebagai sosok yang disakralkan. Selain memuja nenek moyang, Sunda Wiwitan juga memiliki satu Tuhan yang kerap disebut dengan Sang Hyang Kersa. Dalam ajaran Sunda Wiwitan, Tuhan tetaplah satu, seperti ajaran umat Islam. Dalam perkembangannya, beberapa tradisi dari Sunda Wiwitan juga terpengaruh oleh unsur Hindu dan Islam.

2. Kejawen

Kejawen adalah sebuah kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Jawa sejak lama. Masyarakat Jawa tetap menjalankan agama utama yang dianut, menjalankan perintah dan larangannya, namun tetap melaksanakan adat dan perilaku sebagai seorang pribumi Jawa yang taat dengan leluhur. Penganut Kejawen selalu mengatakan bahwa kepercayaan mereka bukanlah agama, meski memiliki beberapa tradisi yang menjadi ciri khas sebuah agama.

Kepercayaan kejawen memiliki beberapa misi dalam ajarannya. Mereka harus melaksanakan empat hal wajib saat hidup, yaitu:

1. Seorang manusia Jawa harus bisa menjadi rahmat bagi dirinya sendirinya;
2. Mereka juga harus bisa menjadi rahmat bagi keluarga;
3. Manusia sebagai rahmat bagi sesama dan;
4. Manusia sebagai rahmat bagi alam semesta.

Kejawen

Salah satu bentuk ritual penganut Kejawen. (sumber: wajibbaca.com)

3. Kaharingan

Kaharingan adalah salah satu kepercayaan asli Indonesia yang berasal dari Kalimantan, dan banyak dianut oleh warga Suku Dayak, bahkan sebelum agama-agama besar diakui oleh pemerintah. Kaharingan percaya pada adanya entitas yang sering disebut dengan Ranying. Entitas itu bisa disamakan dengan Tuhan Yang Maha Esa. Meski masuk dalam cakupan agama Hindu, Kaharingan masih memiliki tradisi asli yang tidak bisa disamakan dengan agama lainnya, seperti tempat ibadah tersendiri yang dinamakan Balai Basarah.

 aliran kepercayaan Kaharingan

Balai Basarah di Kalimantan Barat, tempat ibadah Suku Dayak. (sumber: wikimapia.org)

4. Malim

Dari Kalimantan, kita berpindah ke pulau Sumatra. Malim merupakan agama asli dari Tanah Batak. Para pengikut aliran kepercayaan ini disebut sebagai Parugamo Malim, atau bisa disingkat Parmalim. Jumlah mereka bisa dibilang sangat sedikit, bahkan banyak masyarakat Sumatra Utara, tempat agama ini berkembang, yang masih belum mengenal kepercayaan ini.

Penganut kepercayaan Malim meyakini bahwa Tanah Batak adalah tanah yang suci, meliputi sekitaran Danau Toba dan Pulau Samosir. Mereka juga tetap percaya adanya Tuhan Yang Maha Esa, pencipta jagad raya. Namun, Tuhan dalam Malim ini adalah Debata Mulajadi Na Bolon, atau yang Maha Awal dan Maha Besar. Selain itu, mereka mempercayai adanya dewa-dewa yang membantu Debata Mulajadi Na Bolon, seperti Debata Na Tolu, Si Boru Deakparujar, Nagapadohaniaji, dan Si Boru Saniang Naga.   

malim

Para penganut Malim. (sumber: yukepo.com) 

5. Marapu

Last but not least, Marapu adalah aliran kepercayaan lokal Indonesia yang berasal dari Sumba, Nusa Tenggara Timur. Para penganut Marapu menerapkan keyakinannya dengan memuja arwah-arwah para leluhur. Nah, dalam bahasa Sumba, arwah-arwah leluhur itu disebut Marapu, yang artinya “yang dipertuan” atau “yang dimuliakan”. Makanya, kepercayaan yang mereka anut juga disebut Marapu.

Salah satu desa yang warganya menganut kepercayaan ini ada di Kampung Tarung, Waikabubak. Kita bisa melihat Kampung Tarung masih mempertahankan kebudayaan para leluhur dari bangunan arsitektur rumahnya. Nggak heran jika warga di sana juga masih meyakini kepercayaan leluhur mereka. 

marapu

Rumah penduduk Kampung Tarung, Waikabubak. (sumber: 1001indonesia.net)

Nah, itulah beberapa kepercayaan lokal yang ada di Indonesia. Menarik bukan? Hmm… tentunya, kita semakin bangga dong sebagai warga negara Indonesia, ternyata memiliki keberagaman agama yang ada di negara ini. Yuk, sama-sama kita jaga toleransi beragama kita agar tercipta kedamaian dan ketentraman dalam kehidupan.

Oke, mari kita tutup artikel ini dengan quote menarik dari Robert Alan,

Cultural differences should not separate us from each other, but rather cultural diversity brings a collective strength that can benefit all of humanity.”

Selamat Hari Toleransi Internasional! 

ruanglesonline

Sumber Referensi:

Sunarto, Kamanto. 1993. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit FE – UI.

Richard Osborne & Borin Van Loon. 1996. Mengenal Sosiologi For Beginner. Bandung: Mizan

Henslin, JM. Sosiologi dengan Pendekatan Membumi Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Adam A. (2017) Malim, Agama Lokal Suku Batak dari Huta Tinggi [daring]. Tautan: https://tirto.id/malim-agama-lokal-suku-batak-dari-huta-tinggi-csFw (Diakses pada: 15 November 2021).

Rahadian L. (2016) Merapah Identitas Marapu di Tanah Leluhur Sumba [daring]. Tautan: https://www.cnnindonesia.com/nasional/20161203225324-26-177177/merapah-identitas-marapu-di-tanah-leluhur-sumba (Diakses pada: 15 November 2021).

Sumber Foto:

Foto ‘Upacara Seren Taun’ [daring] Tautan: http://www.infobudaya.net/2017/09/seren-taun-upacara-adat-panen-masyarakat-sunda/

Foto ‘Ritual Kejawen’ [daring] Tautan: https://www.wajibbaca.com/2015/12/sangat-mengejutkan-ritual-mistis.html

Foto ‘Balai Basarah’ [daring] Tautan: http://wikimapia.org/30487780/Balai-Basarah-STAHN-Tampung-Penyang-Palangka-Raya

Foto ‘Rumah Kampung Tarung’ [daring]. Tautan: https://1001indonesia.net/marapu-kepercayaan-asli-masyarakat-pulau-sumba/

Foto ‘Penganut Malim’ [daring]. Tautan: https://www.yukepo.com/hiburan/indonesiaku/dibilang-mirip-yahudi-ini-7-fakta-menarik-ugamo-malim-kepercayaan-asli-suku-batak/

 

Artikel ini diperbarui pada 15 November 2021.

Ruangguru