Berbagai Macam Sesat Pikir (Logical Fallacy) Part 2

contoh sesat pikir logical fallacy

Mau tahu lebih lanjut tentang macam-macam logical fallacy atau sesat pikir? Yuk, baca terus sampai habis ya supaya nggak ketinggalan.

Dalam artikel logical fallacy part satu, kita semua sudah tahu apa definisi dari logical fallacy dan tiga karakteristiknya. Berbagai tipe logical fallacy pun sudah dibahas di sana. Mulai dari ad hominem, bandwagon, overgeneralization, post hoc ergo propter hoc, sampai false dicotomy. Agak tidak menyangka kalau respons dari tulisan itu ternyata positif banget.

komentar-tulisan-sesat-pikir-logical-fallacy

Terus terang, pada awalnya banyak yang merasa kalau topik-topik seperti ini terlalu berat untuk dikonsumsi anak sekolah kayak kita. Apalagi banyak istilah aneh yang kayak mantra sulap. Tapi, saya punya keyakinan sebaliknya. Critical thinking, logika berpikir, dan pola pikir yang benar itu perlu dibangun sedari kecil.

Makanya, di artikel ini, kita akan melanjutkan beberapa contoh sesat pikir (logical fallacy) yang ada. Mudah-mudahan setelah baca, pikiran kita jadi lebih kritis dan bisa sadar kalau menemukan ini di kehidupan nyata.

Appeal to Emotional

Ini sesat pikir yang pertama. Kayak namanya, pernyataan ini sesat karena orang itu “memanipulasi” perasaan kita. Seolah-olah kita jadi membenarkan suatu hal atau pernyataan karena perasaan kita merasa itu benar. Hayo, familiar nggak dengan keadaan itu? Nih, salah satu kalimat paling umum:

“Wah, kacau, sih, itu kalo sampe nggak kayak gitu. Pasti sedih banget nanti.”

Misalnya, ketika ada guru yang dianggap jago mengajar karena dekat dengan murid secara personal. Lalu, di suatu ujian, si guru ini bilang, “Boleh nyontek tapi jangan berisik ya.” beberapa hari kemudian, guru ini mendapat hukuman dari pihak sekolah. Nah, kalau udah begini biasanya banyak, tuh, orang-orang yang bilang, “Harusnya sekolah nggak ngasih hukuman sih. Dia, kan,guru asik, ngajarnya juga enak.”

Padahal yang dimaksud dengan “ngajar enak” ya karena dekat secara pertemanan aja. Pernyataan-pernyataan kayak gitu secara logika salah. Karena memang peraturan di sekolah tersebut, misalnya, setiap ujian dilarang nyontek. Tetapi si guru malah menganjurkannya, selama  gak ketahuan. Secara logika, seharusnya ini sederhana kan? Melanggar peraturan = mendapat sanksi.

Tapi, logika tersebut terkadang bisa “diserang” dengan memanfaatkan perasaan (emosi) kita. Ini lah yang dinamakan appeal to emotional.

Contoh lain nih yang sering banget:

meme sedih appeal to emotional

“Iya pokoknya kamu bener deh. Bener. Huhuhuhuhu.” Lalu keduanya menangis di bawah kucuran shower.

Appeal to Authority

Kalau tadi kita dipaksa menyetujui karena diserang perasaannya, lain lagi sama sesat pikir appeal to authority ini. Dari namanya, kita bisa tahu kalau kita seolah-olah dipaksa tunduk karena pernyataan orang tersebut keluar dari mereka yang punya jabatan atau kedudukan yang lebih tinggi dari kita.

Atau dengan kata lain, pernyataan orang tersebut dianggap benar karena kita takut sama orangnya. Makanya, secara logika itu sebenarnya merupakan sesat pikir.

Misal: “Kelas kita tuh kelas paling keren! kata Kepala Sekolah sih gitu.”

Nah, kalimat di atas itu logikanya salah karena landasan yang dia pakai adalah “kata Kepala Sekolah”. Seolah-olah, dengan menggunakan kedudukan orang yang lebih tinggi, kalimat tersebut jadi benar.

Padahal, untuk menentukan “kelas paling keren” harus ada ukuran yang jelas. Mungkin dengan melihat nilai rata-rata kelasnya (kalau dia paling tinggi di antara semua kelas, berarti emang kelas paling keren), atau kelas itu paling banyak punya boy band kalau definisi “keren” adalah punya grup boy band, misalnya.

Strawman Fallacy

Bentar, apa, nih? Kok sesat pikir bawa-bawa strawman? Coba deh kamu ketik kata “strawman” di google, pasti muncul orang-orangan sawah. Apa hubungannya sesat pikir atau cacat logika dengan orang-orangan sawah?

sesat pikir strawman fallacyStrawman alias orang-orangan sawah (Sumber: thoughtco.com)

Bayangin aja kamu punya musuh. Kemudian, kamu bikin orang-orangan sawah, lalu kamu kasih nama musuh kamu, dan kamu gebukin itu orang-orangan sawah sampai hancur.

Orang dengan sesat pikir strawman fallacy punya cara “mengubah argumen lawan” menjadi argumen baru, yang dia anggap argumen orang tersebut, untuk kemudian dia serang. Padahal argumen itu sama sekali gak pernah keluar dari orang itu. Makanya, si orang ini jadi kayak ngebuat “orang-orangan sawah” sebagai pengganti lawan bicaranya untuk kemudian dia serang.

Yah, bahasa gampangnya, sih, memelintir omongan orang untuk kemudian dia balas pakai bacotan lain gitu.

contoh strawman fallacy sumberSumber: https://theupturnedmicroscope.com/

Contohnya begini:

Misalnya, di suatu waktu kamu pengin keluar dari group whatsapp karena menurut kamu, kamu jarang buka group itu. Ketika kamu berpamitan di grup, orang-orang di sana bilang: “Lo ngomong aja kali kalo ada masalah sama kita.”

KAPAN GUE NGOMONG GUE PUNYA MASALAH SAMA LO WOOOY.

Kasus lain: sewaktu kamu unfollow temanmu di media sosial, karena dia jarang posting, lalu si orang ini bertanya: “Jadi lo gamau temenan sama gue?”

Waduh, padahal maksudnya gak gitu, Bos!

Baca juga: Bagaimana Pendidikan dan Sekolah di Luar Negeri Selama Pandemi Covid-19?

Atau kasus lain lagi: Di kelas, temanmu membisikimu dengan bilang, “Eh, bukannya kita ada tugas pelajaran ini ya?” lalu tiba-tiba temanmu membalas: “Ih, lo caper ya? Pengen terkenal banget apa gimana, sih?”

Padahal cuma nanya ada tugas atau nggak ya Rabbi. 🙁

Biasanya, sih, orang-orang yang menggunakan strawman fallacy menerapkan lima Langkah ini:

1) Abaikan pernyataan asli.

2) Buat pernyataan baru yang seolah-olah punya lawan bicara.

3) Kalahkan pernyataan baru (buatannya sendiri).

4) Umumkan kemenangan ke seantero jagat raya.

5) Berikan tarian kemenangan.

Kenapa strawman fallacy ini masuk ke dalam sesat pikir? Ya, karena dia jelas-jelas membuat argumen baru, dan dibuat seolah-olah itu adalah argumen yang keluar dari orang lain. Padahal gak ada yang pernah ngomong gitu.

Red Herring

Makhluk apalagi ini? Tenang, tenang. Red herring, tuh, sebetulnya ikan merah yang baunya menyengat. Masuk ke dalam ranah sesat pikir ini karena dia suka dipakai untuk pengalih perhatian. Bayangin aja kamu lagi ngobrol, lalu tiba-tiba ada orang ngeluarin ikan bau dari dalam tas. Pasti arah pembicaraan tiba-tiba berubah.

Kalau strawman fallacy itu melintir omongan, ini lebih kayak ngeles aja. Kita ngomongin apa, eh dia malah bahas apa.

Misalnya kamu lagi video call sama temen, lalu muncul pembicaraan ini:

“Mumpung lagi di rumah terus, mau coba buka bisnis kecil-kecilan ah!”

“Halah. Kamu aja kerjaannya main hape terus, gimana mau buka bisnis coba.”

KENAPA JADI KE MAIN HAPE WEEEEY?

Nggak nyambung sodara-sodara. Kita ngomong apa, dia bahas apa.

Atau misalnya ini:

“Mumpung tugas udah selesai, gue mau bikin video mukbang ah. Mau ikut gak?.”

“Ya boleh aja sih. Tapi lo pikirin juga dong, orang-orang di luar sana ada yang meninggal gara-gara kekurangan makanan tahu.”

red herring logical fallacySumber: giphy.com

Lalu kita be lyke:

K…kenapa dia menjadi temanku ya Allah? 🙁

Burden of Proof

Nah, sesat pikir yang terakhir ini cukup unik nih. Namanya burden of proof. Artinya apa? Beban pembuktian. Gini, gini. Nggak usah pusing mikirin namanya ya. Kayaknya banyak di antara kamu yang pernah mengalami ini deh. Karena eh karena, entah kenapa ada orang-orang di luar sana yang suka bikin makin ribet hidup kita.

Bayangin kamu baru selesai ujian, lalu salah ada murid lain nyamperin kamu.

“Eh, lo tadi nyontek kan. Ngaku aja lo!”

“Hah? Nggak nggak. Gue nggak nyontek. Apa coba buktinya gue nyontek?”

“Ya elo lah yang buktiin kalo lo nggak nyontek!”

DIA YANG NUDUH, KITA YANG DISURUH BUKTIIN, BAMBANG. Kenapa logika ini kacau? Ya, karena kita yang harus membuktikan kalau tuduhan dia itu salah. Logika yang benar, seharusnya dia yang memberikan bukti sesuai dengan tuduhannya. Misalnya: “Lo nyontek kan? Ngaku aja lo!”

“Nggak kok. Apa buktinya?”

“Tadi gue dikasih tahu Anto, lo ngelirik dia meja dia terus selama ujian.”

Nah, kalimat di atas secara logika benar (walaupun nggak tahu tuduhannya benar atau nggak. Nanti kita tanya Anto). Tapi, tolong, plis, tolong banget. Jangan ganti kata “nyontek” dengan hal-hal yang berbau percintaan kayak “kangen” atau “selingkuh”. Hasilnya bisa bahaya.

Yah, kurang lebih kayak gitu berbagai macam sesat pikir yang beredar di masyarakat. Sesat pikir ini menunjukkan kalau banyak orang di luar sana yang tidak menggunakan logika dengan semestinya. Dan, dengan mempelajarinya, kita jadi tahu dan tidak akan terjerumus ke dalam kesesatan kayak gini. Selain itu, pikiran kita juga akan lebih kritis karena kita tahu, ada yang tidak logis dari pernyataan seseorang. Sekarang kamu tulis di kolom komentar, sesat pikir apa dan kayak gimana yang pernah kamu alamin. Let’s go!

By the way, kalau kamu mau mempelajari materi-materi pelajaran sekolah dengan seru dan penuh contoh kehidupan sehari-hari kayak gini, tonton aja video ruangbelajar!

IDN CTA Blog ruangbelajar Ruangguru

Kresnoadi